Thursday, October 9, 2014

Bosan Rutinitas Kantor???

Saat bosan dengan rutinitas ke kantor setiap hari, atau bingung ketika pekerjaan rumah sudah beres tapi waktu masih banyak yang kosong. “Coba yuk, kita buka bisnis”. Apa yang anda fikirkan ketika teman, saudara, kerabat atau malah pasangan kita mengucacapkan kalimat itu? Apakah anda tertarik atau anda merasa kaget. Tentunya jika tipe orang yang memiliki rasa penasaran yang tinggi dan tipe orang yang menyukai hal baru, pastinya akan tertarik dengan ajakan atau tawarannya. Namun, jika anda tipe orang yang tidak mau beralih dari zona amannya dapat dipastikan anda akan menjawab, “usaha apa? Enggak lah resikonya tinggi.” Tentunya ini adalah hal yang wajar, tetapi tidak ada salahnya jika kita mencoba.
Walaupun buka usaha bukan perkara yang mudah, tentunya banyak hal yang anda takutkan, takut tidak laku, takut rugi, takut kalah saing dengan pengusaha lain, dll. Tapi tentunya bukan masalah ini yang saja yang dihadapi pengusaha pemula, banyak masalah yang pastinya menanti kita, masalah modal, masalah produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dll. Meskipun demikian bukan berarti tidak mungkin kan?
Tentunya ada solusi atau jalan keluar untuk mengatasi rasa takut dan menghadapi masalah-masalah itu. Meskipun tips dari saya tidak menjamin usaha anda lancar dan sukses tentunya. Tapi semoga bisa bermanfaat dan menjadi bahan pertimbangan usaha baru anda. Rasa takut bisa diantisipasi dengan mempersiapkan segala kemungkinan. Misal untuk menghindari rasa takut rugi, untuk awalnya kita harus mencari peluang bisnis yang memulai dengan modal yang sederhana dan bayak diminati masarakat contohnya usaha kuliner. Karena usaha kuliner ini banyak diminati masyarakat Indonesia. Untuk usaha kuliner, jagalah kualitas produk anda dan jualah dengan harga sesuai dengan pasarnya serta buatlah suatu hal yang unik dan berbeda dengan. Setidaknya dengan pertimbangan itu rasa takut usaha anda akan sedikit berkurang.
Saat ini sudah tidak ada masalah lagi dong untuk memulai usaha, tapi masih adakah masalah lainnya? Atau sudahkah anda memikirkan apa yang akan dijual? Tentunya jika anda benar-benar ingin berwirausaha dibidang kuliner, saya akan memberikan contoh beberapa usaha kuliner yang banyak diminati masyarakat : mie ayam, bakso, bakwan malang, aneka soto, siomay, dimsum, pempek, friend chiken, aneka roti, cake, bakery, dll.
Yang jadi pertanyaan bisa tidak yah kita membuatnya sesuai dengan selera masyarakat? Bagaimana cara membuatnya? Jika memang anda serius dengan usaha bisnis kuliner yang akan dijalankan tentunya anda tidak sungkan-sungkan untuk belajar. Dan dimanakah tempat belajar kursus kiliner yang tepat? Untuk itu saya akan menyarankan anda untuk membuka www.ukmku.com. Karena disini anda akan bagaimana cara membuat secara langsung dan dapat dibawa pulang hasilnya.
Selamat mencoba.

Wednesday, November 28, 2012

Bisnis Sampingan yang Menguntungkan


Written by Fitri Hariyadiningsih   
Tuesday, 23 October 2012
Dikutip dari Majalah Sekar
http://majalahsekar.com/dunia-usaha/profil/477-bisnis-sampingan-yang-menguntungkan
alt
Berawal dari rasa iseng ingin memiliki bisnis sampingan, di luar pekerjaannya sebagai karyawan, akhirnya Kartini pun keterusan. Bisnis siomay yang digelutinya sungguh menguntungkan. Dalam waktu dua bulan ia sudah balik modal.
Bicara mengenai jiwa bisnis, Kartini memang sudah diterpa dengan kebiasaan berdagang. Perempuan kelahiran Tanjung Karang, Lampung, 21 Maret 1973 ini semenjak kecil sudah terbiasa berbisnis. Apa saja ia geluti. Mulai dari mengantar kue ke warung-warung saat SD hingga berjualan kosmetik ketika kuliah.
Saat SD misalnya, tanpa lelah Kartini akan mendatangi warung-warung pada pagi hari untuk memasok kue buatan ibunya. “Kemudian, pada sore hari saya akan kembali mendatangi warung itu untuk menghitung keuntungan,” ceritanya. Tak hanya kue, ketika duduk di kelas 5 SD, sang ibu membuka warung nasi. Kartini kebagian tugas untuk berbelanja setiap subuh.
Bisa dibayangkan, di saat matahari masih belum tampak, anak seusianya sudah membantu sang ibu untuk belanja ke pasar. Setelah dari pasar barulah ia pergi ke sekolah. “Pulang sekolah pun saya tak langsung istirahat, tapi saya harus menjaga warung nasi ibu. Kasihan tak ada yang menemani dia,” kata Kartini mengingat masa kecilnya.
Dari kegiatan membantu sang ibu itu, Kartini mendapatkan tambahan uang jajan. Lumayan. Uang itu ia kumpulkan dan ia belikan buku cerita dan baju baru. Kesenangan inilah yang membuat dirinya bersemangat membantu sang ibu.

BEKERJA SAMBIL BERBISNIS
Terpaan masa kecil inilah yang dibawa Kartini hingga dewasa. Memasuki bangku kuliah di Akademi Bahasa Asing Lampung, Kartini kembali berbisnis. Ia menjual kosmetik. “Dan teman-teman saya merespon baik bisnis itu,” paparnya. Ketika melanjutkan kuliah di London School, Jakarta, ia kembali berbisnis. Pada prinsipnya, Kartini selalu melihat peluang bisnis yang menguntungkan. “Di Jakarta saya menjual baju dan kerudung lewat toko online,” katanya.
Tak puas dengan bisnis itu, setelah lulus kuliah dan bekerja, Kartini kembali mencari bisnis sampingan lain. Malah, ia sampai ikut seminar untuk menetukan ide usaha. “Dari seminar itu saya mendapatkan ilmu bahwa bisnis harus dilandasi dari hobi kita,” katanya.
Dari situ pula ia belajar manajemen bisnis di UKMKU. “Dan saya memutuskan untuk berbisnis makanan,” lanjut ibu dari Kenzie (3) ini. Ia membuat makanan seperti siomay, bakso, pempek, dan mi. Menurut Kartini, semua makanan itu sangat disukai oleh masyarakat. Sebelum menjual semua makanan tersebut, ia menawarkan terlebih dahulu kepada saudara-saudaranya.
Kartini mendadak tak percaya diri kalau-kalau makanan itu tak laku dijual. Setelah mendapat respon yang positif, enam bulan kemudian ia pun memberanikan diri untuk menjual semua makanan bikinannya. Ia menamakan brand bisnisnya Mommy’s Kitchen. Promosi yang dilakukan pun sangat sederhana. Kartini membuat brosur tentang bisnis makanannya dan membagikan kepada orang-orang di sekitar rumah dan kantornya.
Ia juga menyasar para penghuni kos yang berada di sekitar rumahnya. “Kebetulan tempat tinggal saya dekat dengan kampus,” ucapnya. Ia juga mendatangi tempat kos milik temannya. Di tempat kos yang terdiri dari 30 kamar itu, Kartini membagikan brosur kulinernya. Alhasil, banyak yang pesan kepadanya.
Tak heran, modal yang ia keluarkan Rp7 juta langsung balik untung pada bulan kedua. Kartini mengaku, suaminya juga sangat berperan dalam bisnis ini. Sang suami tak sungkan-sungkan untuk menawarkan makanan itu kepada teman-teman kantornya. “Dari situ pesanan saya semakin bertambah dan bertambah,” ucapnya.
 
MENGUNTUNGKAN
Dari bisnis itu, setiap bulan rata-rata Kartini mendapatkan tambahan uang Rp10 juta. Ada beberapa menu yang ia buat setiap bulannya, antara lain: pempek, dim sum, lumpia, pisang goreng, bakso, tekwan, mi ayam, dan siomay. Ternyata siomay mendapat sambutan yang cukup bagus. Dalam satu minggu order untuk siomay bisa berkali-kali.
Ia pun mematuk minimum pemesanan bila ada pelanggan yang menginginkan makanan diantar ke rumah masing-masing. “Untuk perusahaan, minimal order 300 buah siomay. Tapi, jika per orangan minimal order Rp25 ribu. Kalau masih di seputaran rumah saya di Kuningan dan Sudirman tidak dikenakan ongkos,” ceritanya.
Berhubung sehari-hari ia bekerja, akhirnya Kartini merekrut 4 karyawan untuk membantunya sehari-hari. Tiga orang untuk juru masak dan satu orang untuk kurir antar. Ke depannya, ia ingin membuka kantin dengan menu utama siomay. Konsepnya adalah siomay pinggir jalan dengan rasa yang enak dan harga murah. “Pokoknya siomay buatan saya tidak menggunakan bahan pengawet dan higienis,” tutupnya sambil berpromosi.